Indonesia dan Konflik Laut China Selatan


Indonesia dan Laut Cina Selatan - Bagaimana posisi Indonesia di Laut Cina Selatan? Sebelumnya satu satunya yang tidak bisa di lakukan China dalam konflik laut China selatan adalah mengakui wilayah negara lain yang masuk 9 titik. Bulan Maret 2015 ketika lawatan ke Jepang, Jokowi bersuara keras terhadap sikap China yang menjadikan Natuna sebagai wilayahnya.Bagi kita wilayah tersebut adalah harga mati NKRI.

Dari jepang Jokowi melanjutkan lawatan ke China dan sikap tegas ini di sampaikan langsung ke Presiden China. Tahun 2015 bulan November Kantor Menlu China mengumumkan bahwa China mengakui kedaulatan Indonesia atas Natuna dan karena itu perjanjian bilateral dibuat bahwa antara Indonesia dan China bukan negara yang bersengketa.  

Ini sangat mencengangkan dan membuat kagum dunia atas ketegasan presiden Jokowi. Semua itu karena sikap tegas Jokowi dalam menjaga kedaulatan negara. Sejengkal pun China masuk wilayah RI maka akan disikapi tegas oleh TNI. Makanya sikap Pemerintah sekarang tegas pada setiap pelanggaran laut yang dilakukan di laut China selatan khususnya 200 mil dari Zona Eksklusif Ekonomi , Natuna. Bahkan Menko Polkam maupun Pangab menganggap tidak perlu pusing bila harus bersikap tegas terhadap kapal berbendera asing termasuk kapal China yang melanggar perbatasan. Ini bukan soal jago jagoan mau konfrontatif tapi demi penegakan hukum di wilayah Republik Indonesia. Indonesia punya hubungan bisnis di segela bidang dengan China namun Bisnis adalah bisnis tapi kedaulatan adalah segala galanya dan harga mati sebuah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lantas dasarnya apa China mengklaim wilayah laut China selatan sebagian adalah wilayahnya

Ya berdasarkan sejarah berusia dua ribu tahun. Pada tahun 1947 China menerbitkan sebuah peta yang memperinci klaim wilayahnya dan mendeklarasikan memiliki bagian terbesar teritori Laut China Selatan, mencakup ratusan kilometer di selatan dan timur Hainan, provinsi paling selatan negara itu. Atas dasar batas garis imajiner Nine Dash Line yang ditetapkan oleh Cina, Paracel dan Spratly sebagai bagian integral bangsa China yang sebagian Natuna juga masuk wilayah China. Namun claim China terhadap kawasan laut China selatan sudah di gugurkan oleh PBB dan kalah di pengadilan International di Denhaag. Namun China tidak peduli hingga meminta bantuan dan mungkin China berpikir hanya Amerika Serikat yang dapat menghadapi China. Upaya untuk mengimbangi pengaruh China memang menjadi strategi global Amerika Serikat. Langkah itu tidak hanya dilakukan melalui jalur diplomasi, tetapi juga dengan menggunakan kekuatan militer. Amerika Serikat terus memperkuat keberadaan militer mereka di kawasan Asia Pasifik. Seperti penempatan pasukan marinir di Darwin, Australia. Dan patroli laut yang di lakukan kapal induk Amerika Serikat. Namun kapal induk China juga membayangi setiap patroli kapal induk Amerika Serikat. Wilayah ini memang selalu menegangkan.


Alasan utama sengketa perebutan wilayah Laut China Selatan adalah kandungan gas alam dan minyak buminya. China menerbitkan estimasi tertinggi, menyatakan Paracel dan Spratly mungkin mengandung 213 miliar barel minyak bumi. Angka ini sekitar tujuh kali lipat perkiraan para peneliti Amerika Serikat. Gas alamnya pun melimpah. Menurut Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat, Laut China Selatan memiliki sekitar 25 triliun meter kubik gas alam, sama besar dengan cadangan gas alam Qatar. Belum lagi kekayaan ekosistem perairannya. Mengapa Amerika merasa perlu terlibat ? Ya karena kepentingan Amerika Serikat di Laut China Selatan terkait dengan kebebasan pelayaran di perairan seluas 1,2 juta mil persegi yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Setiap tahun, nilai perdagangan yang melintasi perairan tersebut mencapai US$5,3 triliun. Dari jumlah itu, sekitar US$1,2 triliun merupakan nilai perdagangan AS. Jika terjadi konflik di Laut China Selatan, itu akan menimbulkan dampak ekonomi yang sangat besar karena akan banyak pengalihan kapal kargo di wilayah tersebut.
Satu satunya cara agar China tidak bisa menentukan sikap sepihaknya mengenai laut China Selatan adalah apabila seluruh negara yang berada di kawasan laut China selatan yang di persengketakan itu bersatu. Komunike bersama ini bisa jadi alat ampuh di forum PBB maupun di pengadilan Denhaag ( The Permanent Court of Arbitration /PCA). Itu sebabnya Amerika menggunakan negara ASEAN mengeluarkan komunike terhadap sikap China. Namun tahun 2012 KT ASEAN gagal mencapai kata sepakat soal China karena Kamboja menolak. Padahal KTT ini di tinjau langsung oleh Menlu Amerika. Di laut China selatan yang jelas jelas bersengketa dengan China adalah Philipina, Vietnam , Malaysia dan Bruney. Indonesia sejak era Soeharto sampai SBY tidak pernah terpancing provokasi China makanya tidak terdengar sengketa dengan China. Apalagi SBY bersikap ZERO enemy. Namun di era jokowi setiap upaya provokasi di hadapi dengan tegas. Lantas mengapa sebegitu pentingnya bagi China laut China selatan ini ? Ini tentu didasarkan faktor geostrategi dan geopolitik kawasan.

Title: Indonesia dan Konflik Laut China Selatan
Posted by: Andi Leangle
Published : 2016-08-21T06:18:00+07:00
Rating: 3.5
Reviewer: 5 Reviews
Indonesia dan Konflik Laut China Selatan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Indonesia dan Konflik Laut China Selatan "

Post a Comment