Social Media Menjadi Senjata Untuk Informasi Hoax Yang Mengandung Provokasi

Social Media Menjadi Senjata Untuk Informasi Hoax Yang Mengandung Provokasi - Bermacam- macam hal yang saya dapatkan dari media sosial mulai dari jalinan pertemanan, hubungan bisnis, kerjasama dan masih banyak manfaat lainnya dari social media seperti BBM, Facebook, Twitter, Line dan sebagainya.Namun ada juga yang memanfaatkan facebook sebagai hal yang negatif seperti penipuan, saling menghujat, menyebarkan informasi hoax,bahkan informasi yang mengandung provokasi dan bersifat provokatif.
Dibalik kecanggihan dan kepopuleran media sosial juga berdampak negatif

Kitabisa lihat bagaimana seperti pada peristiwa 4 november 2016 maupun sesudahnya, banyak timeline social media yang penuh dengan ungkapan saling hujat, penyebaran berita hoax yang membabi buta,informasi yang jika dapat kita telaah bersifat provokatif, tidak adanya kontekstual, minim kekuatan argumen dan hanya menunjukkan perang urat syaraf yang bertujuan terkadang seperti ingin memecah belah bangsa.

Tidak salah jika presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla dan Kapolri Jendral Gatot Nurmantyo mengelengkan kepalanya dan menghimbau publik untuk lebih cerdas dan waspada terhadap isu-isu yang sengaja disebarkan untuk memprovokasi.

Sedih rasanya kalau melihat komentar terhadap postingan yang berisi ungkapan emosional belaka.Misalnya saja tokoh yang dikenal publik secara luas yang menghina presiden sampai adanya rumor penggulingan presiden, pendudukan gedung MPR/DPR, sidang istimewa yang bertujuan memojokkan presiden hingga isu rush money yang disebarkan tak bertanggung jawab oleh oknum tertentu yang mungkin menggunakan akun palsu.

Apa yang dikatakan Buya Syafii Maarif bahwa energi bangsa ini terkuras menghadapi isu-isu meributkan persoalan yang tidak penting.Social Media menjadi senjata untuk informasi hoax yang mengandung provokasi.Social media begitu ampuh daripada senjata api dalam menyulitkan masyarakat berpikir jernih, kontekstual, memahami perbedaan persfekstif yang menggiring untuk menimbulkan konflik didalam masyarakat itu sendiri.

Berbeda sekali dengan dulu tanpa adanya media sosial yang hanya butuh warung kopi unruk berbincang dan berdiskusi dalam isu-isu terkini meskipun berakhir konflik namun setelah adanya pihak ketiga konflik dapat mencair yang bisa menjadi penengah.

Dibalik kecanggihan dan kepopuleran media sosial juga berdampak negatif meskipun membaw kemudahan dalam sehingga semua orang bisa menjadi penulis sekaligus pembaca hingga interaksi dalam wadah media sosial yang bisa kita publikasikan hingga jutaan bahkan milyaran orang.

Padahal kegiatan berdebat, menggosip dengan membicarakan orang lain merupakan tindakan yang dilarang oleh agama hingga penghinaan yang terjadi pada seorang presiden yang merupakan pemimpin sebuah negara.Padahal kini mulai dari gosip maupun ghibah yang membawa maksiat kini sudah dipayungi oleh hukum harusnya membuat seseorang lebih berhati-hati.Tapi faktanya malah banyak menjadi ajang curhat bahkan pendapat yang diisi dengan kebencian terhadap suatu pihak.

Media Sosial sangat manjur menjadi pemicu agretivisitas seseorang dalam membangun pemikiran dan nalar seseorang yang berpotensi munculnya konflik.Banyaknya perang komentar yang saya lihat di facebook ini diperparah dengan komunikasi yang tidak bertemu langsung sehingga dengan mudah menanamlan kebencian dengan akun asli atau palsu sekalipun.Sehingga tidak bisa membaca bahasa no verbal seperti mimik, wajah, nada bicara, emosi, gerakan tertentu dan lainnya sehingga hilangnya sensitivitas dalam penilaian memahami oranglain.

Kesadaran pun akan hilang dengan adanya keras kepala dan emosi apalagi ditambah orang yang berbeda pandangan maupun berseberangan.Alhasil menelaah secara dalam pun menjadi tidak dipertimbangkan lagi dari berbagai perspektif dan menggali dalam permasalahan poko yang ada.

Filterisasi Diri Anda 

Disini kita pribadi dituntut cerdas dan haus membentengi diri ketika menghadapi informasi hoax yang mengandung provokasi yang bertebaran penuh dengan kebencian dan provokatif.Disini masih ada juga yang tidak berusaha memahami menggunakan media sosial dan termakan oleh isu-isu yang tidak benar.

Disini sebagai benteng dalam filterisasi diri Anda dari isu-isu negatif berikut ini yang bisa Anda ikuti sehingga terhindar dari informasi Social Media Menjadi Senjata Untuk Informasi Hoax Yang Mengandung Provokasi yang harus kita kenali berikut ini :
  1. Berita disebarluaskan melalui email, forum, blog, facebook maupun twitter.
  2. Isinya bertentangan dengan logika, pengetahuan dan kontradiksi antara fakta umum yang sudah diketahui sendiri oleh pengirim.
  3. Penggunaan istilah ilmiah yang awam buat pembaca.
  4. Bangunan kalimat yang mendorong pembaca untuk menyebarluaskan.
  5. Sumber berita yang tidak jelas identitasnya.
  6. Tak adanya link sumber.Penulis yang baik akan menacantumkan sumber ilmiah dalam tulisannya.Jika tidak maka kita patut waspada atas artikelnya.
Jika masih belum mujarab, beberapa hal lain juga bisa dilakukan oleh diri sendiri. Pertama, jika informasi tersebut mengenai seseorang, sebaiknya kita bisa melakukan klarifikasi melalui akun media sosialnya, cari informasi sebaik mungkin terhadap akun Facebook dan Twitter dari pihak yang tercantum dalam informasi tersebut.

Apabila tidak punya akses terhadap pihak yang bersangkutan, cari informasi  melalui mesin pencari Google, bandingkan informasi yang Anda terima di media sosial dengan berbagai informasi yang menyangkut persoalan sama pula, andalkan situs-situs berita resmi atau para tokoh-tokoh di medsos yang sudah diakui kredibilitasnya.Disini Anda harus menelaah permasalahan dengan perspektif dan pandangan yang lebih kompleks sehingga tidak termakan oleh isu-isu yang sengaja disebarkan untuk kepentingan tertentu.

Kedua, jika informasi yang diperoleh yang bersifat menyudutkan, carilah sebisa mungkin informasi dengan topik yang sama dengan perspektif yang berbeda dan mendalam tentunya. Itu akan membuat Anda bisa memperoleh perspektif lain dan pemahaman yang mendalam terhadap persoalan yang ada sehingga Anda menemui solusi cerdas dan bijak dalam mengambil keputusan.

Berhati-hati jika Anda curiga dan menemukan gambar yang berpotensi kabar burung (hoax), coba saja telusuri asal-usul gambar tersebut dengan melakukan klik kanan terhadap gambar tersebut dan klik "telusuri Google untuk gambar" seperti apa yang ditunjukan oleh Opini.ID

Google dapat melacak asal usul gambar tersebut. Apabila tulisan merupakan sebuah opini ketimbang argumen ilmiah, lacak saja penulis opini tersebut dengan Google. Jika Google tidak mampu menunjukkan hasil temuan yang menunjukkan keserasian penulis (misalnya latar belakang keahlian dan pendidikan) dengan apa yang ia tulis. Orang tersebut patut Anda curigai.

Salah satu lembaga literasi media seperti Remotivi.or.id bisa membantu kita dalam memahami pentingnya pemanfaatan media secara bijak baik itu media massa atau media sosial. Sikap kritis dan skeptis akan membawa kita untuk selalu ingin tahu. Sifat selalu ingin tahu tentunya akan membangkitkan semangat belajar sehingga pengetahuan juga semakin bertambah. Diri sendiri pun juga akan menjadi terproteksi dengan baik dari terpaan informasi provokatif di media sosial.

Jika Anda sedang berargumen menghadapi komentar provokatif, hadapilah dengan senyuman dan santun, tunjukkan fakta valid sebagai eviden atau argumen yang logis, kurangi sebisa mungkin memasukan pendapat pribadi. Jangan pernah menyinggung persoalan sensitif seperti SARA.

Jagalah posisi anda sebagai pengguna yang bijak untuk tetap fokus dalam menilai perdebatan dan masalah yang ada dan tidak memperluas topik perdebatan, karena urusannya akan semakin menambah masalah. Report komentar atau postingan dari pihak lain yang dinilai oleh Anda terlalu meresahkan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Jangan merasa bangga menjadi terdepan mengutarakan kebencian atau menunjukkan berita sensasional di media sosial yang isinya belum tentu benar. Bhinneka Tunggal Ika, Bung!, jadikan perbedaan sebagai anugerah ketimbang upaya untuk saling menjegal dan menjatuhkan, sikapi perbedaan secara jernih, utamakan saling pengertian secara kontekstual karena kita semua masih dalah satu wilayah negara NKRI karena banyak penghianat bangsa yang ingin menjatuhkan negara ini demi kepentingan pribadi.

Pancasila menjadi dasar kita dalam membangun sebuah negara yang berdaulat dan besar di mata dunia karena kita harus bersatu bukan saling menghujat, menjatuhkan meskipun kita berbeda pandangan atau pendapat merupakan hal yang wajar.Sehingga informasi yang ditebarkan dapat kita filterisasi untuk diri kita dan bersemangatlah dalam bersinergi membangun NKRI semakin jaya.
Title: Social Media Menjadi Senjata Untuk Informasi Hoax Yang Mengandung Provokasi
Posted by: Andi Leangle
Published : 2016-11-25T16:01:00+07:00
Rating: 3.5
Reviewer: 5 Reviews
Social Media Menjadi Senjata Untuk Informasi Hoax Yang Mengandung Provokasi

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Social Media Menjadi Senjata Untuk Informasi Hoax Yang Mengandung Provokasi "

Post a Comment